Kamis, 24 Oktober 2019

Chapter 03: Happy - Mocca ♥ (A short story about Karina)


Daripada berteman, mungkin bakal lebih pas kalau pakai istilah "dipungut". Begitulah awal saya dan Karina jadi teman dekat. Waktu itu saya lagi duduk sendirian jajan di Studen Lounge dan karina masuk sambil bilang "Sendirian mulu, ayolah sini kita main bareng". Trus langsung ngikut karina kemana-mana kayak anak kucing gapunya tujuan selama satu semester. Iya, percayalah hidup saya di awal S2 semenyedihkan itu ternyata kalau diingat :') I'm not the most sociable person since my day as a kid.

Meskipun begitu ke-apatisan saya ini bisa diimbangi dengan baik oleh Karina yang ga pernah bosen bersosialisasi sama manusia lain. Tiap saya ga mau bersosial, pasti langsung digeret buat dikenalin sama semua orang. Aslik sih beneran literally digeret keman-mana dikenalin sama random people yang ada dikampus (yang maaf ya, sebagian besar saya bahkan lupa saking begonya kalo disuruh ngehapal nama dan muka orang :| ). Ga pernah absen diajak kemana-mana dan diajak ngobrol apa aja. 

I love her vibes. Her vibe is attractive and it seems like she always radiates positive energy to people around her. Percayalah itu bukan traits yang bisa dengan mudah dimiliki semua orang. Wajar kalau banyak yang sayang dan bahagia hidup di sekitar Karina :)

Selama 2 tahun kuliah pun saya belum pernah ngeliat dia nangis yang beneran nangis berurai air mata, mau sesedih apapun, dimarahin kayak apapun, atau sebingung apapun pasti bakal direspon sama bocahnya cuma dengan cengengesan. Walaupun beberapa kali ngeluh sedih, bete, patah hati, kecewa atau apapun tapi nangisnya bener-bener disimpen cuma buat dia sendiri. Begitu cerita besoknya tetep aja mukanya cengengesan. Kadang tuh kayak pengen ngumpetin dia dimana gtu biar ga dijahatin sama dunia. Bocahnya terlalu polos buat hidup di dunia yang kejam :(

Buat saya, Karina adalah pembuka jalan saya pada kehidupan S2 yang menyenangkan, yang menurut saya jadi salah satu momen menyenangkan di hidup saya. Kalau ngga dipungut di awal perkuliahan mungkin saya masih apatis dan cuma mikir yang penting kuliah aja tanpa merasakan punya teman-teman yang super care.

Begitu lulus jelas pasti bakal super kangen sama kebawelan bocah ini. Perbincangan random di mobil dari kampus sampe kosan, kepanikan-kepanikan yang dirasakan bersama selama kuliah dan ngerusuhin yose buat bantuin ini itu, yang sama-sama nangis bareng waktu ngehapalin materi-materi ujian yang banyak banget, lari-lari telat ke konser, nyobain makanan ini dan itu lewat gofood, di keluhin berbagai kisah cintanya dia sampe kadang saya pengen teriak "Ya ampun udah deh karin tinggalin aja cowo ga cuma doi" tapi pada akhirnya tetep berakhir di dengerin aja karena orang jatuh cinta ga bakal bisa di omongin, bisanya ditangkep klo bsok udah jatuh ke jurang :')



Semoga masih sempat main ke bianglala dan masak churros bersama suatu hari nanti sebelum sama-sama menua dan melupakan ya.

If one day you lose your way, just remember that I'm here to stay.
Don't you give up, keep your chin up and be happy yaaaaaaa.
Doa-doa baik menyertai Karina. I Love you ;)


Xoxo,
Tissaflo




Kamis, 10 Oktober 2019

Chapter 02: I'll be there for you - The Rembrandts ♥ (A short Story about Yose)



"When you do one good deed, it creates a ripple effect. 
One good deed leads to another and another"

I remember marshall ericksen said that to Ted once, and I always remember that quotes everytime I remember him. 

Him. Yosaphat Carlo Wardhana. So, this is another appreciation post series. Pertama kali kenalan di Business Fun Game waktu masuk S2, Saat itu saya sempat kesal sama pria ini. Disaat semua orang sibuk kenalan, beramah tamah dan berbasa basi, cuma dia doang yang melipir pergi pas diajak ngobrol. Waktu itu saya ingat duduk bersebelahan, ngajak ngobrol dan (berusaha) ramah, tapi dibalas dengan ditinggal pergi gitu aja ditengah pembicaraan. Kan jadi mikir salah saya apa ditinggal gitu aja ditengah ngobrol. How rude, Yos! :')

Taunya manusia menyebalkan itu satu kelas sama saya dan setengah semester berikutnya saya ingat kami berdua ga pernah saling sapa. Selain karena saya juga ga terlalu banyak berinteraksi sama manusia lain di kelas, juga karena entah kenapa manusia itu hilang di radar pertemanan saya semenjak peristiwa ditinggal itu.  

Ya gimana, saya kira dia ignorance banget dan ga peduli sama sekitar. Jadilah mungkin alam sadar saya juga ikutan ga peduli (iya sih ini jahat banget, siapalah saya ini ngejudge orang seenaknya ahahaha, maapkan Yos). Turning pointnya adalah ketika kita rame-rame pergi ke dieng, duduk di satu elf yang sama. Saya ingat waktu itu semua anak-anak cowo duduk di belakang karena bagian depan di akuisisi oleh cewe-cewe dan juga karena kursi belakang punya space untuk kaki yang lebih luas. Kebetulan salah satu teman yang duduk di bangku sebelah saya (cewe) minta tukar kursi karena kurang nyaman. Yose adalah satu-satunya yang dengan sukarela mau tukar tempat duduk ke depan, dimana kursi depan jelas lebih sempit apalagi buat kakinya yang panjang :') Jadilah berjam-jam dia duduk tersiksa di kursi sempit itu, sepanjang perjalanan dari dieng sampai jogja. Tanpa ngeluh tapi keliatan banget mukanya tersiksa dan ga nyaman. And that is one "good deed" I talked about yang akhirnya bikin saya dan Yose mendadak jadi teman akrab setelahnya. One good deed yang dilakuin Yose hari itu emang sepele sih. Mungkin dia sendiri pun ga sadar kalau itu pada akhirnya dengan sederhana bisa merubah impresi orang lain terhadap dia. Once I though he was just that cold hearted guy, turns out saat ini dia adalah salah satu orang yang paling care di hidup saya. 24/7 siap ngederin dan ngebantuin segala hal. Bukan cuma sama saya, tapi sama semua orang. 

And I'm blessed that i've got him as one of my bestfriend. 

Dari mulai cuma sekedar obrolan ga penting, jokes receh menyebalkan-nya dia yang selalu bikin muka aku -__________- (like i said before, yos. I dont think my sense of humor is good enough, but you really need to upgrade yours. Lol), sampe ke nemenin saya kemana-mana pas patah hati: di chat tiap jam, di jemput tiap hari cuma biar saya ga melakukan hal bodoh karna patah hati :')

Thank you for made me feel less alone as I found my way to rebuild my life around. Terimakasih sudah menjadi teman selama 2 tahun terakhir. Walaupun aku suka berisik dan menyebalkan, tapi percayalah kamu selalu ada di dalam doaku biar hidupnya selalu bahagia (terutama bagian jodoh dan karir haha).

Thank you for always being you! 


Cheers,
Tissaflo

Chapter 01 : Fake Optics - Ardhito Pramono ♥ (A Short Story about Kikinyooo)




Pertemuan pertama saya dengan Kikinyo bukanlah suatu hal yang cukup istimewa untuk diingat. Semua terjadi sambil lalu dan saya selalu merasa kalau she's just that popular girl with all the privileges: pretty, rich, get along well with other people, and loves the spotlight. Dimana saya bukanlah tipe yang akan berinteraksi terlalu dekat dengan banyak orang-orang populer seperti itu. I hate the spotlight and I hate to do a little talk to strangers. I always think i need a book about how to mingle with other human everytime i have to meet a bunch of people in some social events dan Kikinyo adalah kebalikan dari saya. She loves the crowd and she can handle the situation well. Sebagai pecinta rom-com dan segala film drama bernuansa teenlit, udah bakal kebayang banget kira-kira doi bakal jadi peran yang semacam apa. She'll be that poppy moore in Wild Child or Elle wood in Legally Blonde (and I'll be that drippy girl who loves to finished all the leftover ice cream inside the dorm's refrigerator). Tipikal cewe-cewe yang punya geng perempuan yang hobi belanja dan dandan, party goers, idaman para senior populer, self-centered dan sebagainya.

But, no. Setelah 2 tahun terakhir menghabiskan sisa hidup perkuliahan S2 saya dengan Kikinyo, membuat saya berpikir bahwa dia justru lebih mirip Rachel Green di series Friends. If you ever watched the Friends Series, you'll find that Rachel Green has a very-very great character development amongs the other cast on that tv show. She goes from marrying for money to a full-fledged career woman.

While there are countless "poor little rich girl" characters in film and television shows, Rachel Green feels very unique. She does have some trials and tribulation since she break ups with her rich-fiance in the begining of the show, and since she works as a waitress and does struggle before she gets her dream job and settle, I dont feel like she simply gets everything handed to her.

All the first impressions were just fake optics. Saya tahu bahwa kehidupan teman saya ini pun tidak semudah yang saya judge di awal pertemuan. She didnt simply get all the privileges handed to her. Semakin hari pun saya meyakini bahwa dia semakin bekerja keras untuk mendapatkan semuanya-- Karir dan segala pencapaiannya. Because you know, you don't have to be great, you just have to have the will to constantly improve yourself.

2 tahun struggling bareng di dunia perkuliahan membuat saya sadar bahwa setiap orang punya kisah struggle-nya masing-masing. Kikinyo adalah satu dari sekian banyak teman saya yang membuat saya banyak belajar baik dari gimana cara dia berprogress dan juga gimana dia nge-treat orang lain dengan baik.

She's smart, fashionable, ditzy and a great friend indeed ♥



Only 2 years but she has witnessed me going through heartbreaks and dissapointments, understand how sometimes I could be so unlovable (ga keitung berapa kali udah kikinyo kena marah-marahnya aku kalo lagi super cranky hahaha maapkan ya :')

Saya ingat saya pernah jadi manusia super menyebalkan seharian dan kinyo kena dampak omelan saya hari itu. Saya sadar betul orang lain mungkin bakal kesal dan mungkin balik marah atau malah jadi jauh. But she didnt. Gantinya justru seplastik penuh makanan kesukaan saya (dan warnanya kuning semua) dan simple notes bertuliskan: I know you have a bad day, I hope these things will brighten your mood. Langsung mewek di tempat :')

Every time I felt broken and defeated, she reminded me that I was worthy of someone better, because of the way she treats me.

And I will always remember that. I hope that there would be more women supporting each other like this during all the challenging and confusing time of our lives. Cheers!


xoxo,
Tissaflo





An opening to a new Chapter ♥



I'm graduating. Now what?

Pertanyaan yang bakal hadir selama beberapa hari setelah melewati segala penyiksaan thesis dan sidang akhir. Namun daripada menjawab pertanyaan menyebalkan itu, saya justru memilih buat balik lagi ke masa lalu, mengingat banyak hal yang membantu saya hingga sampai ke titik ini (atau mungkin karena saya lagi cari pelarian aja sih biar ga pusing mikirin masa depan. upssss)

Well, mengambil master degree apalagi di jurusan manajemen bukanlah hal yang ada di rencana hidup saya. Boro-boro ambil S2 di fakultas ekonomi, dulu saya memutuskan masuk IPA di sekolah menengah justru karena ingin menghindari pelajaran ekonomi dan akuntansi, bukan karena saya cinta rumus-rumus fisika ataupun segala tetek bengek anatomi manusia di Biologi. Well, that's life, you know. We never end up where you thought you wanted to be. Karena satu dan lain hal saya terpaksa terjebak untuk menyelesaikan kuliah di jurusan yang sangat bertolak belakang dengan pendidikan yang saya tempuh sebelumnya.

Sebagai manusia visual yang benci membaca tulisan banyak-banyak, bersinggungan dengan angka-angka akuntansi, dan menulis paper penelitian, tentu saja keputusan untuk mengambil S2 manajemen dan menyelesaikannya ini penuh dengan drama dan penyesalan (di awal). 

But time did fly, quite unnoticeable, and instead of complaining that the rose bush is full of thorns, I'd be happy that the thorn bush has roses. Karena tanpa sadar pada akhirnya kita akan survive menghadapi segala hal yang ada dihadapan kita. We buried our heads deeply inside the repetitive daily routines and get along with all the problems. At the end of the journey, I can say that sometimes something might seem like bad news, but it could turn out to be a blessing in disguise.

Dan buat saya hal itu yang pertama adalah pertemanan. Dan yang kedua adalah bagaimana saya pada akhirnya bisa ikhlas dan menerima segala hal yang di luar ekspektasi saya dan menjadikan itu sebagai batu lompatan untuk membenahi diri saya. 

Tentu saja banyak drama mengiringi perjalanan ini guys :') But I'm forever grateful for everything that happened and I'm deeply thank full for everyone I had these past 2 years. 

We all go through hard times in life. It's a part of being alive and it's the reality we all have to deal with. It's a cliche, but believe me, along this path of darkness there's always light waiting to be seen. It may be hiding behind those circumstances that we encounter: in a stranger we just met at an unexpected place, family who has been always there but you always ignored, a friend you have these whole time or friend you just met. Just open your heart you'll see how blessed you are to have them all in your life. 

Dimulai dari postingan ini, saya akan menuliskan beberapa tulisan pada postingan-postingan berikutnya sebagai appreciation post kepada orang-orang penting di hidup saya beberapa tahun terakhir :) Because we've been through this roller coaster since two years ago (and yes we finally made it guys, those tears during our college-life have paid off. Lol! )



Cheers,
Tissaflo